Sunday, May 25, 2008

Belajar Mendengarkan

Komunikasi, sesungguhnya tidak hanya terbatas dalam bentuk kata-kata.
Komunikasi, adalah ekspresi dari sebuah kesatuan yang sangat kompleks :
bahasa tubuh, senyuman, peluk kasih, ciuman sayang, dan kata-kata. Seni
mendengarkan, membutuhkan totalitas perhatian dan keinginan mendengarkan,
hingga sang pendengar dapat memahami sepenuhnya kompleksitas emosi dan
pikiran orang yang sedang berbicara. Bahkan, komunikasi yang sejati, sang
pendengar mampu memahami apa yang terjadi / yang dirasakan oleh lawan bicara
meski dengan kata-kata yang sangat minimal.

Bagaimana Cara Mendengarkan Yang Baik ?

Di awal artikel ini pembaca dapat menarik gambaran bagaimana suasana hati
Rekan kita dan apa yang diharapkannya ketika ia mencoba "berkomunikasi"
dengan kita; dan bagaimana keadaan "hati" Rekan kita setelah itu? Kejadian
tersebut tampaknya sangat umum terjadi di mana-mana, di hampir setiap
hubungan. karena setiap orang memiliki masalahnya masing-masing hingga
seringkali memblokir hubungan positif yang seharusnya terjalin antara mereka
dengan Rekan kita-Rekan kita. Tapi, bukan berarti hal itu dapat selalu
dimaklumi, bukan? Bagaimana pun, setiap kita , perlu diingatkan kembali,
bagaimana cara "mendengarkan" Rekan kita.

1.Fokuskan perhatian Rekan kita

Pada saat Rekan kita mencoba mengatakan sesuatu, berilah perhatian
sepenuhnya pada ceritanya. Untuk itu, alangkah baiknya jika kita mengalihkan
perhatian sejenak dari film atau sinetron yang sedang ditonton, majalah,
koran, atau dari pekerjaan yang sedang dihadapi. Tataplah langsung di
matanya sambil memberi kesan bahwa kita benar-benar siap memperhatikan
ceritanya, dan mendorongnya untuk bercerita.

2. Re-statement, mengulangi cerita Rekan kita untuk menyamakan pengertian

Tahanlah diri untuk tidak menginterupsi ceritanya sampai Rekan kita selesai
bercerita. Ketika Rekan kita selesai bercerita, cobalah memberikan
kesimpulan berdasarkan hasil tangkapan kita terhadap ceritanya. Pola ini,
memberikan feedback bagi kita dan Rekan kita, apakah kita benar-benar telah
memahami apa yang diceritakan atau apa yang sebenarnya ingin diungkapkan
oleh Rekan kita.

3. Menggali perasaan dan pendapat Rekan kita akan masalah yang sedang
dihadapi

Kita boleh bertanya pada mereka : "bagaimana perasaan anda, waktu
itu...."; cara ini jauh lebih baik ketimbang menjatuhkan penilaian subyektif
atas diri mereka : "ah, kamu pasti salah! Kamu kan penakut...." atau "ah,
paling kamu menangis...kan kamu cengeng..." atau "kamu nggak menangis, kan?
Penilaian tersebut malah membuat Rekan kita frustrasi karena mereka
mengharap kita bisa mengerti perasaan mereka, bukan menilai sikap dan
perasaan mereka. Selain itu, penilaian subyektif yang datang terlalu cepat,
bisa membuat Rekan kita menarik diri untuk tidak lebih lanjut menceritakan
perasaan yang sebenarnya, karena kita sudah punya anggapan tertentu.

4. Bantu Rekan kita mendefinisikan perasaan

Mendengarkan sepenuhnya cerita pengalaman Rekan kita, baik itu
menyedihkan dan menyenangkan, membuat kita berdua (dengan Rekan kita) dapat
berbagi rasa dan Rekan kita pun akan merasa kita menghargainya. Rekan kita
akan biasa bersikap terbuka karena yakin kita pasti bersedia mendengarkan
mereka. Jika Rekan kita masih sulit mengidentifikasi perasaan mereka,
bantulah dengan mendengarkan cerita mereka sungguh-sungguh, dan melontarkan
kesan seperti "Wah..kamu sepertinya sedih sekali"..atau "Kamu kelihatan
sangat marah"...atau "kamu sepertinya sedang bosan?". Rekan kita akan sangat
lega ketika kita bisa menangkap perasaan mereka. Interaksi demikian, melatih
Rekan kita mengidentifikasikan perasaan mereka secara tepat.

5. Bertanya

Hindari sikap memaksakan pendapat, cara, penilaian kita; alangkah
lebih baik jika kita membimbing mereka dengan pertanyaan-pertanya an yang
membuat mereka semakin memahami kejadian yang dialami, teman yang dihadapi,
perasaan yang mereka rasakan serta sikap - tindakan yang harus mereka
lakukan sebagai pemecahannya.

6. Mendorong semangat Rekan kita untuk bercerita

Hanya dengan memberi respon "Ooo....O ya?...Wow!.. ." sudah menjadi
stimulasi bagi mereka untuk makin giat bercerita.Pola ini dapat membuat
Rekan kita tenang dan nyaman karena merasa kitamemahami apa yang mereka
ungkapkan.

7. Mendorong Rekan kita mengambil keputusan yang tepat

Jika kita ingin membantu Rekan kita menghadapi masalahnya, sebaiknya
kita tidak mengambil alih keputusan ("ya sudah, kamu harus seperti ini")
atau tindakan Sebaliknya, hadirkan beberapa alternatif yang membuat mereka
berpikir dan memilih Rekan kitaah solusi terbaik sambil membicarakan
akibat-akibat yang bisa dirasakan baik oleh Rekan kita maupun oleh orang
lain.

8. Menunggu redanya emosi Rekan kita dan mengajak berpikir positif

Jika Rekan kita masih diliputi emosi yang memuncak hingga membuatnya
sulit berbicara, kita jangan memaksakan Rekan kita untuk segera bicara. Kita
tidak akan berhasil membuatnya bercerita dan kita pun makin tidak sabar
untuk tidak memberikan opini kita padanya. Konflik seringkali terjadi dan
ini menyebabkan memburuknya hubungan kita Rekan kita. Berikan waktu untuk
menyendiri sampai intensitas perasaannya mereda. Ketika emosinya mereda,
Rekan kita akan lebih siap untuk diajak bicara. Sekali lagi, berusahalah
untuk tidak memberikan opini kita pribadi, baik terhadap pilihan sikapnya,
emosinya, dan tindakannya. Tanyakan pemikiran mereka terhadap masalah ini dan
bagaimana kira-kira sikap yang sebaiknya mereka lakukan di kemudian hari.
Sikap ini tidak saja menghindarkan Rekan kita dari perasaan dihakimi, namun
juga membantu mereka lebih memahami kejadian / peristiwa itu secara obyektif
serta menemukan nilai atau pelajaran berharga yang dapat dipetik dari
kejadian itu.

Apa manfaat dari mendengarkan?

Bagi seorang Rekan kita, komunikasi bukan hanya bertujuan untuk membuat
orang dewasa atau orang lain mengetahui dan memenuhi kebutuhannya. Dari
komunikasi itu lah, Rekan kita dapat menarik kesimpulan, bagaimana orang
memandang dirinya; dan dari kesan ini lah seorang Rekan kita membangun rasa
percaya diri dan sense of self. Rekan kita akan merasa dihargai, merasa
percaya diri dan mengembangkan penilaian positif terhadap dirinya, ketika
kita menaruh perhatian tidak hanya pada ceritanya, tapi juga pada pendapat,
keyakinan, kesimpulan, ide-ide, perasaan, bahkan ketika pendapat tersebut
tidak sesuai dengan pendapat kita. Sikap kita yang "mendengarkan" Rekan
kita, membuat Rekan kita berani membuat perbedaan dan menjadi berbeda, tanpa
takut akan salah, dilecehkan atau ditertawakan. Hal itulah yang menjadi
salah satu landasan keberanian dan keinginan Rekan kita, untuk menjadi diri
sendiri apa adanya.

Dari tanggapan-tanggapan kita, Rekan kita akan belajar mengenal banyak
informasi dan pengetahuan, mendengar sesuatu yang berbeda dari yang
dipikirkannya selama ini, melihat alternatif yang lain, menilai pendapat dan
tindakannya sendiri, menilai posisi dirinya di mata orang lain, dan menarik
kesimpulan apa yang harus dilakukan olehnya. Proses saling mendengarkan dan
didengarkan, mengasah daya kritis dan kreativitas berpikir Rekan kita karena
ketika antara Rekan kita dengan kita terdapat jalur 2 arah yang terbuka,
maka terbuka pula akses informasi, pengetahuan, perasaan, pemikiran dan
pengalaman dari kedua belah pihak. Satu sama lain, saling belajar dan saling
memperkaya, saling mengenal dan semakin memahami.

Proses komunikasi antara kita dengan Rekan kita, sangat membantu Rekan kita
memahami dirinya sendiri, perasaannya, pikirannya, pendapatnya dan
keinginan-keinginan nya. Rekan kita dapat mengidentifikasi perasaannya secara
tepat sehingga membantunya untuk mengenali perasaan yang sama pada orang
lain. Lama kelamaan, semakin Rekan kita terlatih dalam mengenali emosi,
tumbuh keyakinan dan sense of control terhadap perasaannya sendiri (lebih
mudah mengendalikan sesuatu yang telah diketahui). Misal, jika Rekan kita
sudah tahu bagaimana rasanya marah, sedih, kecewa, takut, kesepian, dsb,
maka akan lebih mudah bagi kita memberikan alternatif-alternat if cara
menghadapi dan menyelesaikannya.

Mendengarkan Rekan kita secara sungguh-sungguh, membuat Rekan kita percaya
pada sahabat, Lingkungan dia berada. Hubungan mutual trust, ini membuat
Rekan kita merasa lebih nyaman berada bersama kita, lebih memilih 'curhat
dengan kita dan siap menjadi "partner" ketika kita yang giliran butuh
didengarkan.

Evaluasi Diri

Mendengarkan dan didengarkan, adalah kunci hubungan kita-Rekan kita yang
sangat bermanfaat, baik untuk pengembangkan kematangan emosional, kepandaian
intelektual, kemampuan membina kehidupan sosial yang baik serta penanaman
nilai prinsip moral yang baik pada Rekan kita. Dengan mendengar dan
didengar, jalur komunikasi 2 arah terbuka lebar antara kita ¨C Rekan kita,
memungkinkan keduanya saling mengerti dan membuat kita dapat memberikan
dukungan yang diperlukan oleh Rekan kita. Namun sebaliknya, jika kata-kata
yang diucapkan Rekan kita hanya sekedar "terdengar" di telinga kita, akan
hilang begitu saja terbawa angin dan tidak memberikan makna serta kontribusi
apapun dalam proses pertumbuhan Rekan kita. Nah, apakah kita sebagai kita,
tega mengorbankan kualitas perkembangan dan tingkat kematangan emosional,
intelektual, moral, dan kemampuan sosial Rekan kita demi kesenangan sesaat
(film yang menarik, obrolan gossip yang asik, berita yang sedang dibaca, dan
lain sebagainya). ....Inilah saatnya kita sebagai kita merefleksikan dalam
kehidupan sehari-hari, apakah kita sudah lebih sering mendengarkan Rekan
kita....ataukah, cerita mereka hanya terdengar sayup-sayup oleh kita?

dikutip dari
Erwin Arianto,SE
 
Regards,

Wiltek Ghozali
http://www.wiltech-center.com


No comments: